Tren New Year, New Mental Issues: Tekanan Sosial dan Dampaknya pada Kesehatan Mental
Setiap awal tahun, banyak orang merasa termotivasi untuk membuat resolusi baru. Frasa "New Year, New Me" menjadi mantra yang sering digaungkan, baik di dunia nyata maupun media sosial. Namun, di balik semangat perubahan ini, muncul fenomena yang disebut "New Year, New Mental Issues", di mana tekanan sosial untuk menjadi lebih baik justru berdampak buruk pada kesehatan mental.
![]() |
Tren New Year, New Mental Issues: Tekanan Sosial dan Dampaknya pada Kesehatan Mental |
Di era digital, media sosial memainkan peran besar dalam membentuk ekspektasi terhadap resolusi tahun baru. Timeline dipenuhi dengan unggahan tentang pencapaian, rencana ambisius, serta transformasi pribadi yang menginspirasi. Namun, bagi banyak orang, hal ini justru menimbulkan tekanan sosial yang berlebihan. Mereka merasa harus mengikuti standar kesuksesan yang ditampilkan orang lain, meskipun tidak semua target tersebut realistis bagi mereka.
Tekanan ini semakin berat ketika seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain yang tampak lebih sukses dalam menjalani resolusi mereka. Fenomena "comparison trap" atau jebakan perbandingan ini dapat mengikis rasa percaya diri dan memicu kecemasan. Alih-alih merasa termotivasi, seseorang justru bisa mengalami stres karena merasa tertinggal dari orang lain.
Selain itu, banyak orang menetapkan resolusi tahun baru tanpa mempertimbangkan kondisi mental mereka. Mereka berusaha untuk mengubah kebiasaan buruk atau mencapai sesuatu yang besar dalam waktu singkat, tanpa memberi ruang untuk kegagalan. Ketika hasil yang diinginkan tidak segera tercapai, muncul perasaan putus asa dan frustrasi, yang berisiko berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi ringan atau burnout.
Konsep "New Year, New Mental Issues" juga terkait dengan fenomena toxic positivity, di mana seseorang merasa "wajib" untuk selalu bahagia dan optimis di awal tahun. Mereka menekan perasaan negatif dan berpura-pura bahwa semuanya berjalan baik, padahal di dalam hati mereka merasa cemas atau tidak cukup baik. Ini bisa menyebabkan tekanan emosional yang lebih besar karena mereka merasa tidak memiliki ruang untuk mengakui atau mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya.
Untuk mengatasi tekanan sosial ini, penting untuk memiliki perspektif yang lebih sehat tentang resolusi tahun baru. Alih-alih berfokus pada perubahan besar yang instan, seseorang dapat menetapkan tujuan yang lebih kecil dan realistis. Dengan demikian, mereka tidak hanya mengurangi tekanan pada diri sendiri, tetapi juga meningkatkan peluang keberhasilan dalam jangka panjang.
Selain itu, membatasi konsumsi media sosial dapat membantu mengurangi dampak negatif dari perbandingan sosial. Menggunakan media sosial secara lebih sadar dan tidak terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain bisa menjadi langkah efektif untuk menjaga kesehatan mental. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan tidak ada satu cara yang benar untuk mencapai kesuksesan.
Penting juga untuk memahami bahwa tidak apa-apa jika seseorang tidak memiliki resolusi tahun baru atau mengalami kesulitan dalam mencapainya. Fokus pada kesejahteraan mental jauh lebih penting daripada mengikuti tren atau ekspektasi sosial. Sebuah langkah kecil ke arah yang lebih baik tetap merupakan progres, dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Dukungan sosial dari orang-orang terdekat juga memainkan peran besar dalam menghadapi tekanan ini. Berbicara dengan teman, keluarga, atau bahkan profesional jika diperlukan dapat membantu seseorang merasa lebih tenang dan mendapatkan perspektif yang lebih sehat. Tidak semua perjalanan perubahan harus dilalui sendiri, dan memiliki seseorang untuk berbagi perasaan bisa sangat membantu dalam mengatasi kecemasan atau stres.
Pada akhirnya, tahun baru tidak harus menjadi momen yang penuh tekanan. Setiap orang berhak menjalani hidup dengan ritme mereka sendiri, tanpa harus merasa terbebani oleh ekspektasi sosial. Dengan pendekatan yang lebih realistis dan penuh kasih terhadap diri sendiri, seseorang dapat menjalani tahun baru dengan lebih damai dan bahagia, tanpa terjebak dalam fenomena "New Year, New Mental Issues".